Anak Lanang
Singgih (17) sering mengabaikan perintah ayahnya Tarjo (40) untuk mengumpulkan jerami untuk ternak mereka. Singgih terus-menerus menyelinap untuk berlatih menari, hal yang sangat ditentang oleh ayahnya. Ketika situasi ekonomi yang menekan keluarga serta trauma yang dialami Tarjo, keputusannya untuk membuat Singgih menjadi pria semakin kuat. Hal ini semakin memburuk ketika Tarjo menghentikan Singgih untuk tampil di pentas tari tradisional. Terlepas dari setiap momen yang dilalui, Singgih menunjukkan sisi maskulinnya dalam gerak tari Remo yang perlahan menghilang oleh gerakan anggun khas perempuan.